Shallom,

Blog PPA katedral akhirnya kelar juga. Segala kritik dan saran dari teman-teman akan membantu. Bagi yang berminat membantu posting dapat menghubungi ahiap ( bagi yang belum kenal, namanya Andreas Erdian Wijaya atau selaku koordinator kmn. Kmn itu apa? capede kalo ga tahu). Bagi anak- anak PPA maupun Ex-PPA harap follow blog ini. Caranya?? klick tombol follow, tunggu sebentar hingga muncul windows baru, lalu pilih account apa yang digunakan (disarankan yahoo aja) jadi ngk perlu buat Gmail baru. =D Labora pro Deo! <-- click untuk informasi.

Friday, September 17, 2010

Belajar dari "Uung dan Aing"

sebuah renungan yang didapat dari pastor Julius dari letret PPA di Laverna.
bila kita menggalami kesulitan hidup marilah kita ingat pada burung dan cacing.


"Belajar dari Burung dan Cacing"
setiap pagi burung selalu keluar dari sarangnya untuk mencari makan tanpa tau dimana dia akan mendapatkannya, karena itu kadang kala sore ia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan untuk keluarganya, tapi kadang makanan yang dibawa hanya cukup untuk keluarganya sementara ia harus "puasa". Bahkan sering kali ia pulang tanpa apa - apa sehingga mereka sekeluarga harus "berpuasa". Meskipun burung tidak memiliki "kantor" yang tetap dan lahannya semakin digerogoti oleh manusia, namun yang jelas kita belum pernah menjumpai burung yang bunuh diri.
kita belum pernah menjumpai burung yang menukik dan membenturkan kepalanya ke batu. Kita tidak pernah melihat burung yang tiba - tiba menenggelamkan dirinya di sungai ataupun burung yang meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita dapat melihat burung selalu optimis dengan rejeki yang diberikan kepadanya.
Kita lihat, walaupun kelaparan burung selalu berkicau dengan merdunya di tiap pagi. Tampaknya burung menyadari begitulah hidupnya, kadang di atas kadang dibawah. suatu waktu kenyang dan suatu waktu kelaparan. 
Sekarang mari kita lihat hewan yang lebih lemah dari pada burung, yakni cacing. Jika kita perhatikan cacing seolah - olah tidak punya sarana untuk bertahan. ia tidak memiliki kaki, tangan, tanduk bahkan mungkin tidak memiliki mata dan telinga. namun ia juga sama dengan ciptaan Tuhan lainnya ia memiliki perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati. Tapi dapat kita lihat dengan segala keterbatasannya, cacing tidak frustasi untuk mencari rejeki dan tetap hidup. Tidak pernah kita jumpai juga cacing yang membenturkan kepala ke tembok untuk bunuh diri.
Nah, bagaimana dengan manusia? kalau kita bandingkan, maka manusia memiliki anggota tubuh yang lebih kuat dan sarana yang lebih banyak.
Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini sering kali kalah terhadap burung dan cacing? Menggapa manusia lebih banyak yang putus asa dan mengakhiri hidupnya akibat masalah yang dihadapinya? padahal rasa - rasanya belum pernah kita melihat cacing yang bunuh diri karena putus asa. Rupa-rupanya kita memang harus belajar banyak dari burung dan cacing.




Nick Vujicic seorang manusia yang telah belajar dari burung dan cacing.
 artikel lebih lanjut klick disini http://www.lintasberita.com/go/687215

4 comments:

  1. wah btw, agan pertamax yang commeng di blog ini.. hahahah
    besok jgan lupa ko oon.

    ReplyDelete
  2. Okeh..okeh...
    Minta cendolnya gan, hahahaha, klo mao masukkan inpo dimana ne???

    ReplyDelete
  3. email koko apa? ntar aku kasi izin dari kristoforus baru isa.. ato kk mau nulis pake id kristoforus aja? ntar ane kasi pas n emailna.. btw aku da kasi kok.. di P.message Fbook kooon

    ReplyDelete