Shallom,

Blog PPA katedral akhirnya kelar juga. Segala kritik dan saran dari teman-teman akan membantu. Bagi yang berminat membantu posting dapat menghubungi ahiap ( bagi yang belum kenal, namanya Andreas Erdian Wijaya atau selaku koordinator kmn. Kmn itu apa? capede kalo ga tahu). Bagi anak- anak PPA maupun Ex-PPA harap follow blog ini. Caranya?? klick tombol follow, tunggu sebentar hingga muncul windows baru, lalu pilih account apa yang digunakan (disarankan yahoo aja) jadi ngk perlu buat Gmail baru. =D Labora pro Deo! <-- click untuk informasi.

Tuesday, September 21, 2010

Garis Besar Berdirinya PPPAK St.Kristoforus

sebuah ungkapan "historie 'est magistra vitae" yang artinya "sejarah adalah guru kehidupan". merupakan sebuah gagasan yang ingin menyadarkan kita akan pentingnya sejarah bukan untuk diingat namun sebagai pembelajaran  kita untuk menggambil langkah berikut yang lebih baik. Oleh karena itu sebagai seorang anggota PPA sudah sewajibnya kita mengetahui sejarah, lika-liku, permasalah dan akhirnya terbentuklah organisasi ini.

Berawal dari suatu kelompok remaja yang terdiri dari anggota Legio, Non Legio serta yang telah keluar dari Legio dibentuk oleh Yohanes Yan Roosen, seorang Koster di Gereja Katedral Santo Yoseph yang banyak memberikan perhatian terhadap kegiatan-kegiatan di Gereja. Adapun tujuan dari kelompok ini adalah untuk melayani perayan Misa atau misdinar dalam bentuk yang lebih teratur dan tertib. Hal ini terjadi pada tanggal 01 Feb 1971.

Karena perkumpulan ini bukanlah suatu organisasi dan tidak memiliki anggota yang tetap, tidak ada kewenangan dan tanggung jawab, tidak adanya pembagian dalam seksi, dalam pengertian bahwa perkumpulan yang telah terbentuk hanya sebagai wadah tempat bergabungnya beberapa anggota organisasi untuk memenuhi tujuan pelayanan misa. Maka timbullah gagasan dari Yohanes Yan Roosen hendak mendirikan organisasi yang memiliki anggota dan pengurus serta mempunyai bidang kegiatan lain di samping kegiatan pelayanan misa yang pokok.




Langkah pertama yang dilaksanakan oleh Yohanes Yan Roosen adalah mengumpulkan para remaja yang tergabung dalam kelompok misdinar tersebut dan memaparkan maksud dari pertemuan itu. Hasil dari pertemuan timbul perbedaan pendapat antara yang setuju dan yang tidak, sehingga pada hasil akhir dari pertemuan itu disepakati bersama untuk membentuk dua kelompok, yaitu : Kelompok pertama mempergunakan nama Santo Kristoforus di bawah pimpinan Yohanes Yan Roosen, kelompok kedua bernama : Santo Tarsisius di bawah pembinaan Br. Aloysius.

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 06 Oktober 1974 dan untuk memperingati hari tersebut serta mengenang  pendirinya, ditetapkan bahwa tanggal 16 Oktober 1971 adalah hari ulang tahun Perhimpunan Putra Altar Katedral st kristoforus dengan dasar pemikiran : Tanggal 16 diperoleh dari hasil gabungan angka 1 dan 6, tanggal 1 dari hari masuknya Yohanes Yan Roosen sebagai koster di Gereja Katedral St. Yoseph serta merupakan momentum timbulnya gagasan pendirian organisasi, dan tanggal 6 Oktober diambil dari hari berdirinya Organisasi St. Kristoforus. Tahun 1971 diambil dari tahun Yan Roosen menjadi Koster.

Dengan latar belakang yang Yan Rosen peroleh khususnya sebgai exponen kepanduan, maka organisasi inipun diasimilasikan menjadi semi kepanduan, misalnya kita dapat lihat dengan adanya lencana, pakaian seragam, dasi, bendera, lagu mars dan masih banyak lagi perlengkapan artibut lainnya namun maksud dan tujuan organisasi ini tetap berorientasi pada kegiatan Gereja, hal ini dapat dilihat dari asas - asas Organisasi yang terdiri dari lima dasar. Lima dasar organisasi inilah yang dijadikan pedoman dalam menyusun segala hal yang berkenan dengan penyelenggaraan organisasi dan merupakan pandangan hidup sebagai anggota Putra Altar.

Tahun 1974 dibentuk kepengurusan pertama kali, kemudian pada tahun 1975 diadakan pemilihan kepengurusan disebabkan ketua yang kurang memperhatikan organisasi. dan pada tahun ini jugalah terbentuk keanggotaan Putri altar yang bertujuan turut membantu kegiatan Gereja, antar lain : merangkai bunga, menyediakan dan megemasi perlengkapan Gereja, pembersihan Gereja dan turut berperan aktif dalam Koor kristoforus yang dibentuk tanggal 8 Desember 1975. Agar putri lebih melibatkan diri dalam keorganisasian ini, maka kembali diadakan pemilihan kepengurusan baru.

Tahun 1976 dari kesepakatan antara Yohanes Yan Roosen dengan Br. Aloysius maka kedua organisasi ini dipersatukan kembali, begitu pula dengan kepengurusan yang baru. Akibat dari pengabungan kedua organisasi ini banyak di antar a anggota St. Tarsisius mengundurkan diri. Pada tahun ini pembina kami Yohanes Yan Roosen pindah ke singkawang dalam memenuhi panggilan untuk menjadi seorang bruder. jugalah koor st. Kristoforus bubar karena kurangnya kesadaran dan semangat para anggota disusul oleh bubarnya Putri Altar di tahun 1977.

Tahun 1978 Yoseph Armanoto mengundurkan diri dari kepengurusan Organisasi, dan pada tanggal 23 juli 1978 secara resmi terbentuk susunan pengurus dengan tambahan bidang-bidang keterlampilan antara lain : seksi olah raga, kesenian, keamanan dan pelayan misa. Pada tahun ini keberadan organisasi sangat lemah dan kurang terkendali, hal ini disebabkan banyak dari pengurus tidak dapat aktif sepenuhnya dalam kegiatan organisasi dan selain itu anggota satu demi satu mengundurkan diri karena hambatan kegiatan extra di luar. di saat-saat sulit ini dibentuklah kepengurusan yang baru dalam organisasi. Dalam perjalanan hingga akhir tahun 1978 keadaan organisasi berjalan statis tanpa ada perubahan. Usaha untuk menggulang kesuksesan dan kemapanan dengan perencanaan matang belum mampu dicapai karena hambatan jumlah anggota yang terbatas.
Banyak usaha - usaha yang dirintis, misalnya dengan menhidupkan kembali Putri Altar, namun tetap saja tidak berhasil karena keberadaan Putri Altar belumlah memungkinkan. Jika ditinjau dari nama yang disandang maka belumlah tepat dipergunakan disebabkan aktifitas putri altar hanya semata - mata sebagai pembantu dalam melengkapi sarana perlengkapan gereja dan belum diperkenankan untuk pelayan misa.
Namun  hal ini tidaklah mematahkan semangat para pengurus, justru mereka semakin gigih berjuang agar Putri altar boleh mendapat hak yang sama dengan Putra altar. Selain itu sebagai pengganti Koor dibentuklah Vocal Group untuk mengembangkan bakat anggota dalam bidang seni, turut bergabung dengan sanggar drama dan masih banyak lagi aktifitas luar yang dikerjakan untuk menimbulkan kegairahan berkumpul dalam usaha mempererat rasa kebersamaan iman dan berorganisasi.

Usaha yang gigih dan berkat adanya kesatuan sesama anggota akhirnya putri altar diperkenankan untuk pelayan misa meskipun hanya mendapat tugas pada waktu pagi hari, namun hal ini merupakan langkah awal dengan tujuan agar umat secara perlahan-lahan dapat menerima kehadiran putri altar sebagai misdinar/ pelayan misa di Gereja.

Tahun 1980, ditahun ini jumlah anggota bertambah drastis sehingga dari pengurus terpaksa membatasi penerimaan anggota baru. Adanya penambahan serta minat para remaja untuk menjadi anggota ini karena adanya pemberitahuan/ pengumuman di gereja serta dukungan dari sekolah - sekolah di kotamadya dalam menanggapi surat edaran dari organisasi.

Dari pengalaman - pengalaman terdahulu bagaimana organisasi ini mengurus dan mengatur keanggotan serta kegiatannya, dasar itu pula yang dijadikan pedoman para pegurus. Namun dengan berkembangnya pola pikir dan kebudayaan jaman, maka tak dapat dipungkiri, bgahwa pola lama sudah tidak susuai lagi dengan sekarang, sehingga perlu diupayakan metode baru, yang dalam arti kata metode tersebut dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman.
Ditinjau dari bentuk organisasi ini yang secara garis besar berorientasi dalam bentuk kepanduan meskipun berwujud semi dan setelah ditelusuri secara lebih mendalam ternyata bentuk ini mengarah ke bentuk organisasi yang formal.Untuk memenuhi kearah itu maka dibentuklah suatu panitia kecil yang disebut Forum kristoforus yang bertujuan mendata/ menggali kembali metode yang dipergunakan oleh pengurus terdahulu serta wadah penampung aspirasi anggota. Dari sekian banyak data dan aspirasi anggota yang terkumpul ternyata belum menunjang penyusunan metode yang dimaksud sehingga forum kristoforus tersebut terhenti dan tenggelam begitu saja. Kendala - kendala yang dihadapi begitu banyak dan selain itu anggota yang tergabung dalam forum kristoforus belum memahami secara mendasar akan keadaan organisasi, juga dalam ilmu pengetahuan tentang organisasi hanya terbatas pada pendidikan yang dimiliki. Akhirnya, penyusunan ini dilimpahkan pada ketua dan anggota serta Forum ditunjuk sebagai penelaah akhir dari penyusunan ini.

Dengan berlandaskan azas - azas yang dimiliki oleh organisasi serta peraturan organisasi dan didukung dari sumber data yang di peroleh forum, penyusunan metode organisasi ini terselesaikan dan hanya tinggal pengesahan akhir dari anggota. Mengigat betapa pentingnya pedoman ini dan perlu dengan segera disahkan sebagai UUD organisasi maka untuk lebih memfokuskan diri pada rancangan ini, pada masa liburan sekolah seluruh anggota dibawa ke Singkawang (pasir panjang 1) dan Sambas (Danau Sebedang) selama dua minggu untuk membahas perancangan UUD organisasi tersebut.

adapun tata cara pembahasan UUD ini diatur sebagai berikut :
Mula - mula anggota dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 15 orang anggota.
Kemudian setiap kelompok mendapat tugas untuk membahasa lima bab rancangan UUD organisasi.
Perlu diketahui jumlah anggota pada waktu itu adalah 75 orang anggota. Selama seminggu di pasir panjang 1 anggota hanya diminta untuk memberikan koreksi/ tambahan atas rancangan UUD dan jika ada hal yang perlu mendapat tambahan, pengurangan atau kurang jelas akan makna dari kalimat yang ada maka cukup disampaikan pada ketua kelompok untuk dicatat dan akan disampaikan kepada ketua organisasi. Setelah semua kelompok selesai membahas rancangan UUD organisasi selama 7 hari, pada hari minggu semua anggota pindah ke Sebedang untuk melanjutkan bahasan ini. Di danau Sebedang, para ketua kelompok mulai menyampaikan pertayaan- pertanyaan yang telah dicatat, demikian pula hal- hal yang perlu diubah atau perbaiki. Acara tanya jawab ini berlangsung selama 3 hari.

Mengakhiri pembahasan dari rancangan UUD itu, hari -hari selanjutnya diadakan saling menukar bahan pokok bahasan yang tediri sari 15 bab itu dan acara ini berlangsung dengan saling mempertahankan argumentasi, humor dan penuh dengan saling memberikan pengertian. Dari seluruh acara kegiatan organisasi selama ini. acara inilah yang terpanjang dan menelan biaya cukup besar. Di samping itu anggota benar-benar mengalami hidup sebagai saudara sendiri, makan bersama, tidur di tenda beralaskan tikar dan masing - masing memperoleh tugas dan tanggung jawab yang sama.

Sehari sebelum pulang ke Pontianak, hasil dari pembahasan rancangan UUD ini telah disepakati bersama akan disahkan pada rapat anggota mendatang.
Demikian para tanggal 16 oktober 1980 Anggaran Dasar Putra-Putri altar katedral santo Kristoforus ditetapkan sebagai pedoman berorganisasi dalam menjalankan karya- karya Gereja. Pada perjalanan dari tahun ke tahun berikutnya organisasi ini telah menerapkan anggaran dasar organisasi secara lengkap dan cita - cita organisasi ini adalah semakin memperluas ruang geraknya menuju ke tingkat Nasional bahkan Internasional.

Demikian secara Garis besar riwayat berdirinya organisasi ini dan hingga tahun 1993 jumlah peralihan pucuk pimpinan sebanyak 14 kali dan peralihan generasi sampai tahun ini telah 9 kali. Dengan Semangat  "LABORA PRO DEO" kita lanjutkan perjuangan organisasi ini ke arah yang dicita-citakan.


Sumber : buku kuning (Perhimpunan Putra Putri Altar Katedral St. Kristoforus Pontianak).

No comments:

Post a Comment